Monday 14 May 2018

Mereka Meneriaki Saya Teroris



"Teroris! Mbak Teroris lewat!" teriak dua pemuda tanggung, dan seorang bocah lelaki pada saya. Saya tidak mengenal mereka.



Saya yang kala itu mengenakan gamis kotak-kotak berwarna biru, dan jilbab yang tak seberapa lebar (menurut saya) menatap mereka penuh tanya. Namun, akhirnya saya berlalu seperti tidak terjadi apa-apa, karena sejatinya memang tak terjadi apa-apa. Saya bukan teroris, jadi saya anggap teriakan mereka ditujukan pada angin lalu.



Bertahun lalu, namun teriakan seperti itu hampir setiap tahun kembali pada permukaan. Saya mengingat kembali bagaimana setting peristiwa terjadi, perasaan saya, dan pemikiran saya tentang sebab-sebab kenapa bisa saya dipanggil teroris. Ya, saya mengingatnya ketika orang-orang, dan media menyebutnya karena telah terjadi tindakan terorisme.



Hampir setiap tahun, pertistiwa yang sama terjadi. Terorisme seperti penyakit kambuhan yang datang tanpa diduga. Kemudian, tidak lagi gerakan terorisme yang disoroti banyak orang dan media, namun juga tentang agama si pelaku terorisme, akibat atribut-atribut yang dikenakannnya.

Namun, sungguh, terorisme tidak memiliki agama, tidak pula agama Islam dan pemakaian gamis, jilbab lebar, cadar, menumbuhkan jenggot, celana cungklang (yang mereka sebut sebagai tanda-tanda kaum radikal) dan lain-lain. Hal-hal tersebut tidak ada hubungannya sama sekali dengan terorisme. Karena sungguh, dalam agama Islam tidak membenarkan untuk membunuh diri sendiri (Al Qur’an surat An-Nisa:29), Islam tidak membenarkan membunuh wanita dan anak-anak (HR Bukhari [3015] dan Muslim [1744]), Islam tidak membenarkan menghancurkan bangunan dan fasilitas umum (terutama gereja-gereja dan rumah ibadah orang Yahudi) (QS.  Al-Hajj:40), dan Islam tidak membenarkan membunuh para penghuni-penghuni gereja (orang yang sedang beribadah) (HR Ahmad). Lalu, apakah tindakan terorisme yang terjadi, yang mengesampingkan aturan agama Islam masih dibenarkan bahwa itu dari agama Islam. Jelas tidak. Terorisme tidak memiliki agama, terkait atribut apapun yang mereka kenakan.


Berkaca pada negri Palestina, Suriah, dan negara-negara di luar sana yang juga mengalami teror setiap hari. Apakah pelakunya beragama Islam? Tidak. Mereka tidak memakai cadar, tidak memakai jilbab lebar. Lalu, apakah kemudian saya menyebutkan orang yang tidak memakai jilbab lebar, tidak memakai cadar, tidak memakai celana cungkang, tidak menumbuhkan jenggot dengan sebutan teroris. Tentu saja tidak.



Jadi, berhentilah melabeli seseorang sebagai teroris karena apa yang nampak dipermukaan.




Share This:   FacebookTwitterGoogle+

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com