Jika ada yang nanyain, siapa bapak “Astronomi modern dunia”, kemungkinan
besar otak kita langsung mengarah pada satu nama, yang mungkin telah tertanam
bertahun-tahun lalu ketika kita duduk di bangku SMA, atau mungkin SMP. Nama itu,
tidak lain dan tidak bukan, adalah Mujiku Hibiniu. Ups, bukan ding. Yang bener
itu, Galileo Galilei.
Memang ngga dipungkiri lagi, meski ia telah meninggal ratusan tahun
lalu, berkat penemuannya ia dikenal hingga saat ini. Salah satu jasanya yang
bisa dinikmati oleh umat manusia sekarang ini adalah tentang temuannya yang
fenomenal, yaitu menyempurnakan teleskop. Bahkan menurut Stephen Hawkin,
Galileo juga sebagai bapak “Fisika Modern” dan “Bapak Sains”.
Luar biasa kan jasanya. Yah, paling tidak, berkat temuannya itu,
umat manusia mampu mengetahui fenomena di antariksa dengan lebih baik daripada
sebelumnya. Tapi sayangnya, dimasa ia hidup, ia tidak mendapatkan penghargaan
yang selayaknya. Berkat kesukaannya tentang astronomi, ia mengalami masalah. Ia
dipenjara oleh gereja Italia masa itu karena sejalan dengan pemikiran
Copernicus, yaitu mempercayai bahwa matahari lah pusat tata surya, bukan Bumi
seperti yang diyakini gereja saat itu. Nah, karena pemikirannya itulah, yang
dianggap bid’ah dan meracuni pemikiran masyarakat, dia dipenjarakan, dikucilkan
dari kehidupan luar. Hingga akhirnya ia meninggal dunia.
Gereja Italia, dengan kekuasaanya mampu menyeret seorang ilmuwan
yang menemukan suatu karya yang terbilang luar biasa ke dalam meja pengadilan.
Bahkan membentuk stigma masyarakat bahwa Galileo memang bersalah. Ia layak di
hukum. Padahal kala itu, Gereja Italia memiliki ketakutan tersendiri, bahwa
masyarakat tidak lagi mempercayai gereja, oleh karena itu, pada zaman itu sains
di batasi.
Tentu saat ini kehidupan kita jauh berbeda dengan masa Galileo
hidup. Kehidupan kita lebih bebas, dan lebih terjamin. Hukum ditegakan dengan
terbuka. Sains bebas berkembang, penelitian-penelitian bahkan di danai oleh
pemerintah. Tentu pengekangan, dan layaknya yang terjadi pada Galileo
seharusnya tidak terjadi lagi. Apakah demikian yang terjadi?
Nyatanya, kini kehidupan pada masa Galileo tengah terjadi. Bahkan
lebih sadis dan menakutkan. Pemikiran-pemikiran sering terancam eksistensinya. Memang,
tidak langsung menghukum secara langsung orang yang hendak menguak kebenaran, seperti
Galileo yang langsung dihukum oleh gereja. Saat ini “hukuman” itu lebih
mengerikan. Lebih menyiksa karena itu terjadi perlahan. “Mereka” menggunakan
media untuk menyebarluaskan isu kepada masyarakat sehingga masyarakat sendiri
lah yang menjadi hakim. Tentu atas dasar kehendak “mereka”. “Mereka” adalah
pelaku utama dan pengendali yanng handal.
Cukup dengan mencuatkan satu isu saja, maka selanjutnya, boooooommm!!!
Seperti efek domino, kekacauan akan terjadi dan target utama akan mudah untuk
dilumpuhkan. Masyarakat akan mengelu-elukan agar “target” itu di penjara, diadili,
bahkan di hukum mati, bahkan tanpa tahu kebenaran yang mutlak. Itu mudah bagi “mereka”.
Ya, media memang telah menggiring masyarakat menuju sebuah opini
sesuai apa yang mereka inginkan. Mudah saja, dewasa ini masyarakat sudah sangat
tergantung dengan apa yang di beritakan media. Terlebih lagi masyarakat yang “bodoh”
dan tidak perduli akan kebenaran yang sejati.
Rasa-rasanya bukan hal baru lagi ketika mereka (media) menyiarkan
berita secara berlebihan. Sejumlah media memberitakan berita yang sama, dalam
waktu yang sama, dan yang sama layaknya tidak ada berita lain yang lebih
penting dan lebih pantas untuk diberitakan. Pantas saja, berita yang seharusnya
menjadi wacana bersama, namun akhirnya tenggelam entah kemana.
Pernah saya mendengar sebuah slogan berita di televisi yang
menyatakan “Mengabarkan berita secara berimbang”, akhirnya saya hanya tersenyum
geli. Mereka tidak lebih dari sekelompok taipan yang menjalankan bisnis
informasi. Bagaimana sebuah informasi yang menjadi bisnis bisa di
pertanggungjawabkan kevalidannya? Belum lagi dengan embel-embel yang lain. Kebencian
terhadap suatu hal juga dapat meyebabkan penyampaian berita menjadi tidak
berimbang.
0 Apa Kata Mereka???:
Post a Comment