Thursday 8 November 2018

Solo Travel Yogyakarta-Bali dengan Kereta Sri Tanjung, Kenapa Tidak?


Suasana malam di pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. 

Hotel Taman Ayu di Denpasar Selatan. Fasilitas AC, TV, dan kasur yang empuk. 

Sendiri dalam perjalanan panjang ini, tidak enak. 


Ternyata 14 jam itu lebih lama daripada yang saya pikir.

Rencana yang mendadak memang terkadang sering terealisasi daripada perjalanan yang direncanakan jauh-jauh hari. Terlebih lagi jika perjalanan dengan teman-teman yang sibuk, dibandingkan saya yang freelancer (jika tidak ingin disebut pengangguran), bisa-bisa hanya wacana. Maka, perjalanan kali ini, saya memilih sendiri (ngajak temen ngga ada yang bisa 😭)
Perjalanan kali ini saya siapkan mendadak, tidak perlu menunggu jadwal liburan, tidak perlu menunggu weekend. Mulai dari tiket pesawat, itinerary, dan dimana menginap juga semuanya serba mendadak. Tapi kemendadakan itu, ternyata menyimpan banyak kejutan.
Perjalanan ke Bali kali ini saya memilih menggunakan jasa PT Kereta Api Indonesia, dan memilih tiket Sri Tanjung, tujuan Yogyakarta-Banyuwangi.
Jalur kereta ini sudah cukup terkenal, karena harganya yang paling murah, apalagi di kalangan backpaker.  Harganya cukup Rp. 94.000, dan kamu masih bisa mendapatkan potongan jika menggunakan aplikasi dan masih ada promo. Murah banget kan?
Seorang teman sempat mempertanyakan kenapa memilih kereta dengan lama perjalanan 14 jam. Belum lagi nanti dari Pelabuhan Ketapang hingga Denpasar harus naik bus lagi. Total perjalanan bisa 20 jam. Saya menjawab, saya ingin merasai perjalanan solo travel dengan kereta ke tempat antah berantah. Selain itu, ngirit ongkos sih. Hahaha.. Kan sekalian mau mlipir ke Lombok. Apalah saya yang hanya freelancer.

Empat belas jam itu tidak sebentar.

Seperti kebanyakn kereta ekonomi lainnya, kereta Sri Tanjung memiliki kursi yang saling berhadapan dengan posisi 3-2. Saya memilih kursi jejer 2, dan di dekat jendela. Biar bisa tidur atau melihat pemandangan. Namun ternyata ketika saya naik kereta, tempat duduk saya sudah diduduki seorang Mbak-mbak bermasker. Saya, yang serba tidak enakan akhirnya memilih menerima saja dan duduk disisi lorong. Sudah dipastikan saya tidak akan tidur sampai perjalanan berakhir.
Benar saja, 14 jam terasa sangat lama, memilukan dan menyedihkan. Mungkin jika berkawan, kita bisa bercerita dengan kawan kita. Apalagi kalau rombongan, seru banget tentunya. Sedang saya, sendiri dan duduk dengan mbak-mbak yang nampaknya sama seperti saya, enggan memulai percakapan. Jika bercakap pun cuma sampai pada tahap tanya tujuan perjalananan. Alhasil, selama perjalanan saya hanya membuka HP, chating, merevisi beberapa itin, ngegame, buka medsos, liat story, baca berita, begitu berulang-ulang.
Sungguh, saya merindukan membaca novel.
Ketika kereta sudah hampir sampai di Banyuwangi, hari telah gelap, sekitar pukul 20.50, saya mulai memasang beberapa rencana. Setelah, membaca blog para backpaker, seharusny transit dari Banyuwangi ke Bali via kapal Very akan mudah, jika ramai-ramai. Namun, ada rasa was-was karena pertama saya perempuan, kedua sendiri, ketiga belum pernah sebelumnya menggunakan sarana ini.
Akhirnya, ketika kereta berhenti saya menghampiri bapak-bapak (dengan tampang baik dan kebapakan) yang sebelumnya duduk diseberang kursi saya, menanyakan tujuannya dan dengan kerendahan hati meminta mengikuti dia.
I dont care what he think, i just want to save my self. 😅
Maka, saya akhirnya berjalan bersama beliau, berlagak seperti seorang anak yang mengikuti bapaknya dan saya sangat merekomendasikan tindakan ini, jika kamu juga solo travel dan perempuan. Malam hari di tempat asing, dengan banyak kemungkinan tindak kejahatan, sangat tidak direkomendasikan untuk berjalan sendiri. Perjalanan dari stasiun Banyuwangi Baru-Pelabuhan Ketapang, kurang lebih 10 menit dengan berjalan kaki.
Sampai di pintu gerbang pelabuhan Ketapang, kita harus membeli tiket dan mulai Agustus 2018 pembelian tiket diwajibkan dengan menggunakan emoney. Jadi, jika kamu belum punya kartu ini, kamu bisa beli kartu brizzi di dekat pintu masuk.
Harganya Rp. 25.000, biaya administrasi Rp. 2000, dan minimal top up Rp. 10.000, jadi jika ditotal Rp. 37.000. Tiket kapal very sendiri seharga Rp. 6.500,.
Kartu Brizzi ini bisa untuk membeli banyak tiket. Jadi, jika kamu rombongan, beli satu kartu saja dan di top up sejumlah yang diperlukan.
Alhamdulillah, sampai di dalam pelabuhan ketapang saya aman dari gangguan, bahkan gangguan mas-mas atau bapak-bapak yang kadang iseng.

Ternyata saya harus menunggu.

Jam di layar HP saya sudah menunjukan pukul 21.30 WIB. Untuk mencapai Denpasar, saya harus menaiki kapal very, Ketapang-Gilimanuk. Setelah itu menaiki bus-bus yang biasanya juga ikut di kapal. Tapi, seorang petugas kepolisian di Pelabuhan Ketapang merekomendasikan kami untuk menunggu bus di Ketapang saja. Biasanya ada bus damri atau bus-bus besar. Terlebih lagi, terminal di pelabuhan Gili Manuk sangat sepi di jam seperti ini.
Akhirnya kami memutuskan menunggu di pelabuhan. Tepat pukul 22.00, bus yang kami harapkan pun datang, bus kelas ekonomi yang sering saya temui di Kebumen, jurusan Solo-Jogja. 
Kami langsung naik dan membayar Rp. 60.000 (dari beberapa blog, harganya bervariasi, mulai 40-50rb, tergantung keberuntungan).
Menyebrang dengan kapal very hanya membutuhkan waktu sekitar 30 menit. Jadi, bagi kamu yang mabuk laut, tidak usah terlalu khawatir.
Sampai di Ketapang, jam telah menunjukan pukul 00.00. Lama? Tidak, karena perbedaan waktu antara WIB dan WITA.
Perjalanan kurang lebih 3-4 jam, untuk sampai ke Terminal Mengwi. Terminal kedatangan terakhir. Oya, di terminal Gili Manuk, siapkan KTP, karena akan ada pemeriksaan kartu identitas. Untuk perjalanan dengan bus ini saya baru bisa terlelap tidur.
Sampai di Terminal Mengwi, jam telah menunjukan pukul 03.50, sangat tidak direkomendasikan jika tidak ada yang menjemputmu.
Pagi buta seperti ini, aplikasi ojek online manapun akan sulit mencarikan supir untukmu. Bali tidak seperti Jogja atau Jakarta dimana driver ojek online stay 24 jam. Jika ada, kamu akan berebut dengan penumpang lain. Tentu saja, kamu juga harus berjalan menjauh dari terminal. Seperti pada terminal umumnya, keberadaan ojek/taksi online dilarang keras.
Jika hari sudah menjelang pagi, sekitar pukul 6-7, angkot-angkot baru mulai beroperasi. Dengan angkot-angkot itulah, kamu akan diantar ke tujuanmu.
Beruntung, saya di jemput teman di terminal kedatangan terminal Ubung, jadi saya hanya perlu ke terminal Ubung dan jika menggunakan ojek online skitar 20-23rb.
Pukul 05.40 saya baru sampai di penginapan di daerah Denpasar Selatan, yang telah saya booking sebelumnya. Bukan jenis penginapan backpaker sih. Tapi cukup terjangkau, Rp. 150.000-250.000/kamar dengan kapasitas 2 orang (tergantung kamu dapet promo dari aplikasi travel atau tidak). Jika kamu mencari penginapan yang lebih murah, di daerah Kuta Bali, ada penginapan yang cukup murah, yaitu homestay Arthawan di jalan Popies Lane II, 100.000/dua orang/kamar plus sarapan (saya tidak tahu sudah di aplikasi atau belum). Kedantangan ke Bali sebelumnya, saya menginap di penginapan tersebut dan sudah banyak backpaker yang merekomendasikannya.
Bagi kamu dengan tujuan wisata, banyak pilihan destinasi wisata di Bali, dan untuk mengeksplorenya, saya rekomendasikan menyewa sepeda motor. Penyewaan sepeda motor banyak ditemui di Kuta, dengan harga sewa 50-100rb per 24 jam.
Next, Solo Travel saya di Lombok..

Denpasar, 09 November 2018
Pukul 09.35 WIT

Ditulis ketika transit 3 jam di Bandara Ngurah Rai, setelah perjalanan dari Lombok dan akan menuju Yogyakarta. Sepertinya akan delay 1 jam. 

1 comment:

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com