Kalo lihat iklan di TV bikin nyesek
hati. Kayak kena timpukan palu hingga bikin depresi. Apalagi kalau apa yang di
tampilkan di TV itu banget-banget bertentangan sama diri. Bikin galau. Tapi,
jadi kepikiran sendiri, kalau semisal nih berbondong-bondong media massa, yang
entah sebabnya apa (mungkin aja penguasa dunia saat itu adalah orang yang
merasakan hal yang sama dengan apa yang perempuan yang berkebalikan dengan
iklan rasakan. Terintimidasi oleh iklan), dengan tiba-tiba menampilkan
iklan-iklan yang berkebalikan dengan iklan yang ada sekarang. Yang mudahnya,
produk-produk kecantikan.
Pernah menghitung perbandingan
jumlah iklan yang ditujukan untuk perempuan dan untuk laki-laki di sela
sinetron yang ibu kamu atau kamu tonton? Perbandingannya cukup besar. Mayoritas
sasaran adalah perempuan. Bukan rahasia sih, perempuan itu memang lebih suka
belanja (sebut saja konsumtif) daripada laki-laki. Baru-baru ini aja
muncul iklan untuk cowok. Habisnya, cowok-cowok sekarang juga pengen
"cantik" sih. Ngga heran, produsen memberikan apa yang mereka
harapkan. Penawaran akibat adanya permintaan (meski hukum ini tidak selalu
benar, karena nyatanya banyak barang yang ditawarkan bukan atas dasar
permintaan, namun karena ada maksud tertentu (apa ya?).
Silahkan deh, bagi yang punya waktu
berdiam di depan TV buat ngehitung. Mulai dari yang pemutih, penghilang
jerawat, penghilang komedo, penghilang minyak wajah, penghilang noda (kaya
sabun cuci aja), penghilang kerut, pelangsing badan, peninggi tubuh, pelurus
rambut, penghitam rambut, penguat rambut, hingga hal remeh-temeh lainnya
tentang kecantikan yang target utamanya perempuan. Ketika semua itu di
balik (Kayak di negeri cermin aja), apa yang akan terjadi?
"Hitam itu cantik"
“Yang kelam yang bersinar” (Maksa banget)
"Berjerawat itu menarik"
"Berkomedo itu komersil"
"Yang tua makin jadi”
"Pendek itu lucu"
"Wajah berminyak itu mengkilat" (jelasss)
"Rambut berantakan itu keren"
“Tumbuh itu kesamping, bukan ke atas”
Mungkin, perempuan-perempuan di
dunia (khususnya sih di Indonesia) akan lebih memilih berpanas-panasan di sawah
daripada kerja di dalam kantor ber-AC. Mereka tidak takut berkotor-kotor ria
dengan bergulat lumpur. Hemssss, petani desa tidak perlu khawatir tidak adanya
regenerasi karena ngga ada lagi gengsi bekerja di di sawah. Perempuan-perempuan
dunia tidak perlu lagi sibuk-sibuk ke salon hingga lupa ngurus anak dan suami.
Pendidikan anak juga jadi lebih terkondisi. Apalagi tentang nutrisi. Ibu-ibu
jadi suka masak sendiri, karena wajah berminyak itu mengkilat.
Perempuan-perempuan tidak perlu
lagi rame-rame ke mall beli baju-baju mahal, hingga kartu kredit jebol (kalo
yang punya). Bikin suami stress. Mungkin ujung-ujungnya korupsi, habis istri
ngomel tiap hari karena iri hati sama artis di TV. Tak perlulah ada kontes
kecantikan karena semua bisa cantik dengan mudah. Mudah toh bikin kulit
berjerawat. Mudah toh bikin kulit hitam sekelam batu bara, dan hal itu bisa
sangat mudah terjadi jika media massa melakukannya.
Mudah sekali. Tau lah, pengaruh
media massa itu ruaaarrr biasa. Opini gampang banget di belokan. Dari yang
kanan ke kiriiii banget, dari yang lurus jadi bengkooookkkk banget, dari yang
bersih bisa kotor bangetttt. Tapi bisa juga sebaliknya. Tergantung siapa yang
memegang kuasa. Apa lagi media massa banget-banget gampangnya di akses. Beli TV
yang tadinya harganya juta-jutaan, sekarang? Sudah macam jamu. Gampang
dapatnya. belum lagi internet yang dipenuhi iklan. Wi-Fi aja nyangsang
dimana-mana, udah kaya jaring laba-laba.
Ini contoh kecilnya aja sih. Contoh
yang lebih gede, kalian cari aja sendiri. Bersyukurlah yang ngga punya TV. Ngga
perlu takut terintimidasi hingga masuk ke alam mimpi (Wah, ada produsen TV ngga
nih) Eits, bukan karena TVnya. Tapi karena kontens-kontens di dalamnya. Karena
ngga hanya teroris yang bisa mencuci otak, kenyataannya pencuci otak yang
paling nyata adalah Media massa. Mungkin untuk reverensi, bisa baca buku “Dosa-dosa
Media Amerika”. Lupa gue penulisnya siapa. Isinya aja lupa. :D. Dibaca gih,
nanti kasih tau ke gue. Kali aja gue salah. Kali aja, bukan media massa yang
salah (dosa kah?), kali aja otak gue yang sudah keblandarang kemana-mana hingga
sulit mencerna mana yang salah dan mana yang benar. Pesan singkat gue sih,
jadilah pengkonsumsi cerdas.
^^
0 Apa Kata Mereka???:
Post a Comment