PS: Part ini akan
penuh dengan gambar, karena banyak hal yang tidak bisa diungkapkan dengan kata.
Q:“Bagaimana
persiapan sebelum backpakeran ke Bali-Lombok?”
A:”Ngga ada persiapan apa-apa.”
Saya tidak ada persiapan khusus. Jika biasanya orang-orang
yang akan melakukan perjalanan jauh, paling tidak sudah bikin itin, saya mah
boro-boro. Kan mottonya, liat aja dilapangan. Soal barang yang akan dibawa,
karena saya orangnya simpel, saya tidak pernah kerepotan soal packing.
Lagipula, masih di Indonesia ini.
Mungkin karena sudah terbiasa packing untuk naik gunung,
jadi soal packing itu sudah bukan hal ‘istimewa’ lagi. Bahkan kadang kalau mau
naik gunung itu, satu jam sebelum berangkat, baru packing. Anehnya, barang yang
saya bawa cukup lengkap sampai jarum benang biasanya ngga ketinggalan.
Untuk perjalanan
Bali-Lombok pun demikian. Tas, baru disiapkan malam sebelum hari H. Untuk
‘kostum’, baju bersih yang ada saja. Padahal waktu itu baru mudik lebaran dan
banyak baju yang masih kotor. Jadi bawa bajunya ya yang ada saja. Apalagi
karena ngga punya itin, jadi ngga bisa nyesuain kostum sama tempat. Jangan heran
kalau nanti ada salah kostum. Ini tidak baik untuk di contoh.
Sebenarnya, yang
paling penting untuk persiapan perjalanan jauh itu adalah mengenal diri
sendiri, dan juga tempat yang dituju. Kalau kita naik gunung tentunya sebelum
naik, kita persiapkan fisik kita dulu. Harus benar-benar fit. Perbekalan pun
demikian. Jangan sampai kelaparan dan kehausan. Jadi bawa makanan dan minuman
secukupnya. Secukupnya, jangan kebanyakan juga, seperti orang yang takut
kelaparan. Semua-mua dibawa. Malah nanti bikin bawaan terlalu berat.
Kalau naik gunung,
karena udaranya dingin, wajib hukumnya untuk bawa jaket. Bisa ditambah dengan
penutup kepala, masker, syal, sarung tangan, atau gel penghangat ala-ala orang
Jepang gitu. Gunakan baju yang hangat, tapi ringan, dan mudah kering. Jangan
pakai baju atau bawahan dari jeans. Kalau perjalanan Bali-Lombok? Bawa aja baju
yang nyaman dan bagus untuk foto-foto.
**
Adzan Subuh
berkumandang dengan merdu, saling bersahutan. Setelah hari sebelumnya tidak
mendengarkan suara Adzan sama sekali, Adzan pagi ini terdengar syahdu. Saya
jadi penasaran, bagaimana rasanya muslim-muslim Indonesia yang tinggal di negara
minoritas muslim sehingga tidak bisa mendengarkan Adzan lima kali sehari. Pasti
rindu sekali dengan suara Adzan. Meski kadang suara Adzan Subuh diabaikan
(sering malahan ya).
|
Salah satu masjid yang kami temui dijalan menuju pasar tradisional. |
|
Perjalanan menuju pasar tradisional |
Aktifitas di rumah
Mas Haris sudah dimulai. Setelah sholat dan membersihkan diri kami bergabung
dengan keluarga Mas Haris di ruang tamu. Mengobrol sana sini, tentang Lombok,
tentang tempat-tempat wisatanya, dan lain-lain. Hingga kami memutuskan ikut
Ayah dan Ibu Mas Haris yang akan ke pasar untuk belanja. Sepertinya
menyenangkan jika perjalanan ini tidak hanya melihat pemandangan indah saja.
|
Ibu-ibu tangguh Lombok |
Pasar tradisional
di Lombok itu hampir sama dengan pasar-pasar tradisional di Jawa. Hanya
beberapa barang dagangan yang nampak asing bagi saya dan cara menjualnya.
Mungkin ini terkait kebiasaan dan kebudayaan mereka. Namun, mengikuti Ibu
belanja di pasar itu mengingatkan saya dengan Mama di rumah. Mama setiap hari
harus kepasar untuk belanja sayuran dan barang-barang lain untuk dijual lagi
dirumah.
|
Biasa, Ibu-ibu mah nawar-nawar dulu. |
Oya, selama
perjalanan ke pasar, kami takjub dengan bangunan masjid yang ada dimana-mana. Sungguh
berbeda sekali dengan Bali. Di Bali kami melihat pura dimana-mana, kalau di
Lombok, masjid dimana-mana. Maka tak heran jika Lombok dijuluki dengan pulau
seribu masjid, karena saking banyaknya masjid disini. Saya jadi seneng.
|
Kantor pemerintahannya aja berkubah gini. |
Selepas belanja,
kami langsung berguru pada sang ahli untuk memasak makanan khas Lombok. Plecing
Kakung. Ternyata mudah saja membuat makanan enak ini. Bahan dasarnya tentu saja
kangkung, dan dicampur bumbu khas Lombok. Sedikit berbeda dengan plecing
kangkung yang pernah saya buat di Jogja. Oh, jadi begini toh aslinya. Dan
hasilnya, mantap. Saya nambah.
|
Ini namanya plecing kangkung khas Lombok. Dijamin, maknyuss. |
Selesai makan, kami
bersiap-siap melanjutkan petualangan kami. Kami bersiap menjelajah Lombok
Utara, dan kali ini kami tidak berdua. Mas Haris, istri dan adiknya, mas Helmi
akan bersama dengan kami. By the way, ternyata mereka belum pernah
berwisata ke Lombok Utara.
|
Siap melaju dijalanan Lombok. Hai! aku pake jaket FLP. Saking cintanya atau..:D |
Setelah berada
diatas motor sekitar dua jam akhirny kami sampai di pelabuhan Bangsal. Pelabuhan
Bangsal ini adalah pelabuhan kecil dengan beberapa bangunan saja. Namun, ada
yang berbeda dari apa yang saya baca di internet sebelumnya. Jika di internet,
dikatakan bahwa pelabuhan Bangsal ini adalah pelabuhan yang kecil dengan
bangunan yang terbuat dari kayu. Selain itu, banyak kejadian scam di pelabuhan
ini. Namun ternyata tidak demikian.
|
Peta tiga Gili di pelabuhan Bangsal |
|
Ko agak kagok ya dengan istilah Fast Boat, berasa mau bilang Fast Food. |
Di pelabuhan
Bangsal ini telah dibangun bangunan permanen dari batu bata, di plester dan di
cat. Petugasnya juga sudah ada yang berseragam dinas. Bangunan utama yang
berukuran kurang lebih sepuluh meter persegi digunakan untuk menjual tiket
kapal, pusat informasi juga tempat menunggu kapal. Selain itu, di Pelabuhan ini
juga sudah ada ATM, dan penginapan. Pokoknya ramai. Jika soal scam, karena saya
tidak mengalaminya sendiri, jadi saya tidak bisa memberi kesaksian soal ini.
Mungkin beruntungnya saya karena ditemani orang Lombok asli.
|
ABK kapal menuju Gili Trawangan |
Setelah bertanya
tentang kapal mana yang akan kami naiki dan ini itu, kami akhirnya melakukan
transaksi pembelian tiket kapal sedang dengan kecepatan sedang pula. Namun kami
harus menunggu beberapa waktu karena kami harus antri dengan penumpang yang
lain.
|
Didalam kapal |
Tujuan pertama kami
tentu saja Gili Trawangan, pulau terbesar dari dua pulau lainnya. Menaiki kapal
dengan mesin kapal sedang membutuhkan waktu kurang lebih empat puluh lima menit.
Empat puluh lima menit yang kami habiskan diatas kapal tidak berlalu begitu
saja. Laut, laut, lau dan laut menjadi pemandangan yang sama sekali tidak
membosankan. Apalagi warnanya yang jernih sehingga kami bisa melihat apa yang
ada dibawah sana.
|
Gili Trawangan!!! |
|
Gili Trawangan!!!! |
|
Duhh, ini sih bikin baper... |
Sesampainya di Gili
Trawangan kami sudah disambut dengan tugu Gili Trawangan yang berwarna-warni. Gili
trawangan bukanlah pulau yang besar. Mungkin hanya sebesar kota Yogyakarta. Pasir
pantainya berwarna putih dengan tekstur yang kasar.
|
Pantaiii!! |
Selanjutnya, kami
langsung mencari penginapan untuk saya dan Diah. Ya, rencananya saya dan Diah
akan menginap di pulau ini selama semalam.
|
Cidomo, kendaraan mirip dokar. Transportasi di Gili Trawangan karena di pulau ini tidak boleh ada kendaraan bermesin. |
Mencari penginapan
di Gili Trawangan tentu saja mudah. Namun mencari penginapan yang sesuai dengan
kantog backpaker miskin kami, tentu harus memilih dan memilah. Kami menemukan
penginapan yang letaknya sedikit masuk ke daratan, bersebelahan dengan masjid. Duaratus
ribu per malam dengan dua bed, kamar mandi dalam, dan kipas angin. Jika di
bandingkan dengan Bali, memang lebih mahal, namun karena sudah lelah juga untuk
mencari, apa boleh buat. Saya pun tidak berani membuka internet, mencari tahu harga-harga
penginapan di Gili Trawangan ini. Takut menyesal. Biasakan cewe. Meski bedanya cuma
lima ribu perak.
|
Baper? Saya FLP saja. |
|
Duhh, jadi pengen nih.. pengen minum es kelapa muda. Panas. |
|
Ini kisah (cinta) gue. Tau kan gue yang mana? |
|
Agggrr... |
|
Saya menyusuri pantai saja biar ngga panas, e tapi malah tambah panas ini..:D |
|
Dia lagi ngapain? Entahlah. |
Setelah sholat dan
yang lain, kami berlima menuju pantai, berfoto, berfoto dan berfoto. Menyusuri
pantai di Gili Trawangan dengan pasir putih itu menyenangkan. Apalagi air laut
yang jernih. Inginnya segera diving saja. Tapi sayang, Diah yang tidak bisa
berenang tidak berkenan. Okelah, kita nikmati pemandangan dari atas.
|
Kakak-Adik yang baik hati.
|
Pantai Gili
Trawangan dipenuhi wisatawan-wisatawan mancanegara. Hanya satu dua yang
merupakan wisatawan lokal.
Senja mulai turun.
Mas Haris, Mba Maryam dan Mas Helmi memutuskan untuk pulang sebelum kapal
terakhir pergi. Maka tinggalah kami berdua. Selanjutnya apa? Kami memutuskan
untuk kembali kepenginapan, merebahkan tubuh sejenak dan menunggu saat-saat sunset.
|
Mari bersepeda! |
Senja dan pantai.
Jika hanya kata senja saja mampu menghadirkan nuansa romatis, lalu bagaimana
jika bersanding dengan kata pantai? Romantisnya dobel, dan bersepeda di pinggir
pantai adalah romantis maksimal. Tak henti-henti hati saya menyebut
kebesaranNya.
|
Berburu senja |
|
Sunset in picture. |
Langit cerah, pantai
yang surut, dan matahari yang benar-benar bulat dan tenggelam dilaut, adalah
suguhan yang luar biasa. Saya tidak heran jika pemandangan ini mampu
melemparkan seorang anak manusia kedalam ingatan masa lalu, bahkan yang sudah
jauh terkubur sekalipun.
|
Whats in your mind, Diyah? |
|
Aku disini loh!! |
Teringat sebuah
quote di buku Tere Liye, Diah mulai menghitung berapa menit yang dibutuhkan
matahari yang bulat total hingga benar-benar tenggelam. Entahlah apa yang
dipikirkannya. Akhirnya matahari benar-benar tenggelam sempurna dan kami harus
meninggalkan pantai.
|
Menghitung detik |
Malam di Gili
Trawangan dipenuhi suara pesta. Tapi kami tidak berada didalamnya. Kami berdua
memilih asik dengan gadget kami masing-masing. Jelas, saya bukan anak party, meski
pernah juga mengikuti party, Pesta Siaga pas jadi pramuka SMP. Dan Diah
nampaknya tidak tertarik, mungkin dia masih terbuai dengan kenangan yang
berhasil timbul ketika menatap sunset tadi. Entahlah. Akhirnya kami
memilih menyudahi hari ini. Besok masih ada hari lain yang ingin kamu jelajahi.
To be continue..
Judul yang baik, Tulisan yang menarik, Gambar yang cantik,
ReplyDeleteaku hanya sedikit heran, kenapa dia seolah kesal ketika senja tiba lalu kemudian matahari terbenam, dan mulai tenggelam di lautan ? apa yang dia kesalkan ?
Mungkin karena dia menemukan kembali kenangan lama yang sengaja ingin dia hilangkan. Tapi entahlah..
Deletepantainya bagus bagus sekali yah
ReplyDeletenomor tidak bisa dihubungi padahal aktif