Sebuah
ruangan yang tidak begitu besar-kurang lebih 6 meter persegi- begitu sepi.
Bukan tanpa penghuni, namun beberapa orang yang berada di dalamnya sedang sibuk
dengan urusan dan pikirannya masing-masing.
Ruangan
itu dipenuhi rak-rak, berisi buku. Berbagai macam buku dengan jumlah yang tak
terbilang. Tidak terlalu banyak, namun juga tak sedikit. Ditengah ruangan,
beberapa meja dan kursi ditata sedemikian rupa. Kursi-kursi itu sebagian telah
berpenghuni, sebagian lain masih kosong, menunggu seseorang mendudukinya.
Diruangan
itulah aku berada. Sebuah perpustakaan. Menatap layar leptop dan sesekali
memandang ke depan. Tumpukan buku-buku pada rak yang menjulang dan sebuah
misteri tentang kursi kosong. Ya, misteri siapa yang akan mendudukinya kali
ini. Sebuah buku dengan judul Sejarah yang tercetak besar terkadang menarik
perhatianku. Mengingatkanku pada sesuatu, namun hanya sesaat. Bosan bergulat
dengan dunia internet aku beralih pada buku yang telah aku pinjam hari
sebelumnya. Sebuah buku dari penulis Jepang.
Buku
itu menarik perhatianku terlalu banyak. Mungkin karena aku harus memusatkan
perhatian agar mengerti apa yang dimaksudkan penulis. Meski begitu aku masih
menyadari ketika seseorang menarik kursi di sampingku yang sebelumnya kosong.
Seorang pria dengan kemeja rapi berwarna abu-abu dan sepatu licin kemudian duduk
disana. Aku tidak dapat melihat wajahnya, pun tidak tertarik untuk melihat. Aku
masih memusatkan perhatiku pada buku.
Beberapa
saat kemudian misteri kursi kosong di depanku terpecahkan. Seorang pria berkaos
oblong duduk disana. Sebuah leptop ia letakan di meja, di depanku. Kami
berhadapan, namun aku masih enggan untuk mengangkat wajah. Tidak terlalu
perduli siapa yang berada disana. Tidak mengenalku, pasti. Karena ia tak
menyapa.Namun, aku punya cerita lain dengan dia. Kini aku sedikit tertarik pada
pria disampingku. Aroma parfum yang cukup kuat menguar keudara. Indra
penciumanku menangkapnya, dan otak mulai memproses.
Baunya
wangi. Khas laki-laki. Bukan wangi bunga -wangi-wangian yang aku suka-. Apalagi
buah-ini aku lebih suka lagi-. Wangi yang bagiku abstrak. Bagaimanapun aku
tidak terlalu mengenal parfum, macam-macamnya, namanya, apalagi membedakan
merknya. Aku hanya tau, wangi parfum lelaki disampingku ini menyengat, dan aku
tidak suka. Bukan apapun, tapi karena kepalaku tetiba pusing. Respon biasa
ketika ada wangi yang terlalu menusuk- mungkin ini pun sebab aku tak
menggunakan parfum-.
Aku
jadi teringat bapak dirumah. Ya, pria satu-satunya yang aku kenal degan baik. Lelaki
satu-satunya di keluarga kecil kami-yang kini mulai tumbuh menjadi besar-,
sebelum kakak-kakak perempuanku menikah dan lahirlah seorang ponakan laki-laki.
Bapak juga memakai parfum. Sebuah merk parfum murah namun cukup terkenal karena
ada iklan parfum tersebut di TV. Bapak sering memakainya, apalagi jika
bepergian. Meski begitu, aku tetap pusing mencium wanginya. Aku lebih suka
bapak tanpa parfum.
Wangi
parfum lelaki itu tidak seperti wangi parfum bapak. Tercium tidak murahan. Ah,
apalagi mengingat penampilan pria itu. Kemeja tersetrika rapi, handphone hitam
yang mengkilap dan sepatu yang tak kalah mengkilap juga. Sepertinya pria itu
cukup perfeksionis. Sudut mataku pernah menangkap ia tengah membersihkan
handpone kinclongnya dengan sapu tangan. Aku langsung melihat handphoneku yang,
ehm, sangat malang.
Ada
parfum seorang pria yang aku suka. Parfumnya beraroma coklat. Tidak menyengat,
namun lembut. Apalagi jika menempel cukup lama di kulit. Wanginya
mengingatkanku akan biskuit coklat. Akhirnya aku menanyakan parfum itu padanya
dan tanpa pikir panjang aku meminta ia membelikannya untukku. Aku sempat
memakainya. Beberapa kenalanku pun menyukai wanginya. Namun sayang, belum
sampai habis, bahkan belum sampai setengah, parfum itu hilang. Mungkin sudah
takdir yang terhubung dengan takdir yang lain. Dan aku tak lagi memakai parfum,
tertarik membeli lagi pun tidak karena beberapa alasan.
Sebenarnya
aku penasaran, bagaimana reaksi laki-laki ketika mencium aroma parfum wanita. Apakah
akan sama sepertiku? Pusing dan mengingatkan akan banyak hal. Atau yang lain?
Aku tidak punya banyak referensi, namun aku tau, seorang perempuan dilarang
menggunakan parfum yang berbau menyengat ketika keluar rumah, dan bertemu
dengan sekumpulan laki-laki. Aku percaya, akan ada banyak kerugian dan
kelalaian yang akan terjadi jika perempuan melakukannya-memakai parfum berbau
menyengat- sehingga pelarangan itu ada. Namun aku belum tau pasti. Mungkin aku
harus bertanya pada Bapak.
Masih
berhubungan dengan parfum dan perpustakaan, aku menemukan buku berjudul Parfum
di perpustakaan itu. Aku langsung teringat pada film dengan judul yang sama. Film
yang memang diadaptasi dari buku itu. Aku tertarik untuk membaca, namun buku
penulis Jepang itu lebih menarik bagiku saat ini. Mungkin nanti jika aku
meminjam buku lagi. Aku ingin membandingkan buku itu dengan filmnya.
Aku
tidak akan merekomendasikan film itu ditonton. Meski sebenarnya filmnya cukup
bagus, dari segi cerita. Mugkin bukunya. Namun aku pun belum membaca. Mungkin
nanti.
Banyak
orang yang mendapatkan inspirasi dari wangi parfum. Pun sepertinya diriku yang
akhirnya menulis sesuatu yang random dan abstrak seperti ini. Yah, aku hanya
mengaitkan ujung-ujung otakku saja. Sebelum ia benar-benar lepas dan
benar-benar hilang.
Tapi,
tetap saja parfum bagiku tidak menyenangkan. Aku lebih suka mencium wangi
buah-buahan atau bunga sebelum diekstrak.
wangi bunga memang enak enak
ReplyDeletecara cek kuota axis 5gb