Sunday 26 February 2012

Say No!!!

Bissmillah...
Malam yang cerah. Beberapa motor hilir mudik, lebih ramai dari malam-malam sebelumnya. Dapat di maklumi, ini malam minggu. Sebuah lagu pun pernah mengatakan, malam minggu adalah waktunya kunjung pacar (pasti tak asing dengan lagu aneh ini kan?), dan benar saja. Hilir mudik pasangan muda-mudi memadati jalanan kota. Entah tujuannya kemana. Hanya sekedar mengitari kota Yogyakarta, tempat makan, atau tempat-tempat lain yang tidak pernah saya bayangkan (kira-kira kemana ya?).
Ya, malam minggu dinobatkan sebagai malam bagi beberapa pasangan muda mudi sebagai malam untuk memadu kasihnya (nyontek kata-katanya Khalil Gibran..hehehe). Malam yang indah bagi mereka. Malam yang panjang karena akan diisi oleh cerita-cerita. Tapi, bukankah malam Minggu adalah malam yang terburuk? Lihat saja, pasangan muda-mudi yang belum mengucapkan ikrar pernikahan, dengan mudahnya berboncengan, bergandengan tangan, berkhalwat, dan entah ber-ber apalagi (sungguh saya tidak tau apa lagi yang mereka lakukan diluar disana).
Tidak hendak berburuk sangka, tapi bukankah fakta dari sejumlah penelitian telah menyatakan, banyak pasangan pra nikah yang melakukan hubungan layaknya suami istri? Atau dalam istilah kerennya free sex. Bisa dibayangkan, ketika banyaknya muda mudi yang bergandengan tangan, berboncengan, berduan, dan ber-ber lainnya tanpa ada rasa sungkan, tanpa ada rasa takut, dan tanpa ada rasa malu sedikitpun, pada malam Minggu, maka berapa banyak yang melakukan hal-hal yang tidak semestinya (eh, bukankah bergandengan tangan, berboncengan, berduan, dan ber-ber lainnya juga ngga semestinya ya? ^^) Bisa saja, hanya diawali dengan bergandengan tangan dan akhirnya diakhiri dengan hal-hal lain yang lebih jauh. Bukankah setan sering menggunakan panah cintanya (setan juga punya panah cinta loh) untuk menjerumuskan anak manusia, dan ketika panah cinta itu sudah dilesatkan, tinggal kata-kata setan yang berbicara (Innalillahi, ngeri sangat).
Yups, awalnya memang sederhana. Banyak memang dari pasangan muda-mudi itu yang tujuannya hanya untuk sekedar jalan-jalan, makan, dan setelah itu pulang. Tanpa mereka pernah memikirkan, “kejahatan itu bisa terjadi dimana saja dan kapan saja”. Hal ini dimungkinkan karena memang sudah menjadi hal yang teramat biasa di masyarakat kita. Masyarakat yang notebene mayoritas beragama Islam (tapi entahlah..). Berduaan, atau berkhalwat dengan yang non mahrom bukan menjadi hal yang ganjil bukan? Dimana-mana, bisa kita jumpai muda-mudi bersendau-gurau tanpa memikirkan adab-adab pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Tak perduli dengan lingkungan sekitar, tak perduli dengan apa kata orang lain, apalagi perduli dengan Allah aza wa jalla. Sampai-sampai ada istilah, dunia milik berdua. Ckckckckckc, yang lain ngontrak euy.. dan herannya ini tetap menjadi hal yang ‘biasa’.
Pendidikan memang bermula dari keluarga. Saya yakin, banyak dari mereka telah memiliki bekal pendidikan moral yang cukup dari keluarga dirumah. Tapi, ketika seseorang dihadapkan pada lingkungan yang berbeda, dengan problematika yang berbeda, merekalah yang seharusnya menentukan arah. Apakah akan terbawa arus, atau melawan arus, dan sayangnya ketika seseorang tidak mawas diri, mereka telah bergabung bersama arus yang membawa mereka pada hal-hal yang jauh dari lingkungan keluarga mereka. Ya, lingkungan pergaulan mereka di luar rumah sangat mempengaruhi perilaku mereka. Saya yakin, sebagian besar dari mereka yang melakukan free sex sebenarnya pun tidak ingin melakukan hal tersebut, dan ketika mereka sadar kesalahan mereka, sayangnya, tidak ada yang mengarahkan mereka ketika mereka salah, karena lingkungan pergaulan mereka juga membenarkan kesalahan tersebut.
Saya pikir, disinilah peran mahasiswa muslim ‘yang lebih tahu’. Ya, syariat Islam, solusi yang paling baik, dan solusi ini haruslah ditegakkan. Nyatakan kembali kebenaran, dan salahkan kembali yang salah. Tidak harus dengan serta merta mengatakan, “hai, lu salah, harusnya lu masuk neraka,”(hehehehe) tapi dekatilah mereka. Meski mereka mengenakan jilbab made in paris, atau tanpa jilbab sekalipun. Warnai lingkungan mereka yang tadinya hitam abu-abu, tambahkan dengan warna-warna Islam dari kehadiran kita. Siarkan, bagaimana seharusnya perempuan dan laki-laki bergaul dan jika perlu, sebarkan pamflet-pamflet dan baliho sebesar-besarnya (jangan kalah dengan iklan rokok) di berbagai tempat, boleh di kos-kosan, di tempat-tempat nongkrong muda-mudi, disembarang tempat, say no free sex, katakan tidak pada pergaulan bebas. Jika perlu, kerja sama dengan aparat daerah, dan katakan pada pemerintah, tak usahlah repot-repot mengurusi Keluarga Berencana, dengan tegas, kita punya solusi untuk pertumbuhan penduduk yang tinggi, yaitu dengan memberantas free sex. Betul?
Salam... ^^

0 Apa Kata Mereka???:

Post a Comment

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com