Kegalauan
ini membuncah semakin parah. Aku ingin menulis!
Tapi
jari ini masih kaku untuk menari diatas tuts, otak ini masih kusut mengurai
satu persatu kata yang terangkai dalam kalimat.
Entahlah,
aku hanya ingin menulis. Meledak-ledakan rasa biar tak bertumpuk Tidak hanya
tentang ada tidaknya keberadaan, namun tentang cerita yang mampu menggemparkan
dunia. Muluk, ya, larut dalam mimpi kosong. Aku ingin seperti dia, hingga
langkahku seketika terhenti. Aku tak bisa seperti dia, aku adalah aku
seutuhnya. Tak mampu menjelma menjadi manusia seperti dia. Namun apa salahnya
mencoba mencicipi nikmat Tuhan yang terlebih dulu diberikan padanya. Aku tak
hanya ingin menulis. Tapi aku ingin aku menjadi orang yang mampu menulis.
Tujuan yang kabur, gambaran yang kabur, penat yang mengubur, serta kemalasan
dan keengganan memupuk benih yang tersemai. Aku harus memberinya nutrisi.
Membaca.
Sungguh!
Rasanya ingin meledak pada suatu titik. Aku jenuh pada keterpasrahan. Aku jenuh
menjadi bayang-bayang yang tak dikenal. Aku jenuh berada di barisan belakang.
Aku jenuh hanya berdiam.
Sungguh,
aku akan meledak. Mungkin tidak detik ini juga. Namun emosi ini telah mencapai
ubun-ubun tertinggi.
Aku
hanya ingin menulis, lalu kenapa harus ada keinginan yang lain? Ini tidak akan
berhasil. Aku tak akan mampu menulis, tanpa mimpi!
0 Apa Kata Mereka???:
Post a Comment