Tuesday 19 February 2013

Iklan Produk Kecantikan VS Produk Kejelekan


Kalo lihat iklan di TV bikin nyesek hati. Kayak kena timpukan palu hingga bikin depresi. Apalagi kalau apa yang di tampilkan di TV itu banget-banget bertentangan sama diri. Bikin galau. Tapi, jadi kepikiran sendiri, kalau semisal nih berbondong-bondong media massa, yang entah sebabnya apa (mungkin aja penguasa dunia saat itu adalah orang yang merasakan hal yang sama dengan apa yang perempuan yang berkebalikan dengan iklan rasakan. Terintimidasi oleh iklan), dengan tiba-tiba menampilkan iklan-iklan yang berkebalikan dengan iklan yang ada sekarang. Yang mudahnya, produk-produk kecantikan.
Pernah menghitung perbandingan jumlah iklan yang ditujukan untuk perempuan dan untuk laki-laki di sela sinetron yang ibu kamu atau kamu tonton? Perbandingannya cukup besar. Mayoritas sasaran adalah perempuan. Bukan rahasia sih, perempuan itu memang lebih suka belanja (sebut saja konsumtif) daripada laki-laki.  Baru-baru ini aja muncul iklan untuk cowok. Habisnya, cowok-cowok sekarang juga pengen "cantik" sih. Ngga heran, produsen memberikan apa yang mereka harapkan. Penawaran akibat adanya permintaan (meski hukum ini tidak selalu benar, karena nyatanya banyak barang yang ditawarkan bukan atas dasar permintaan, namun karena ada maksud tertentu (apa ya?).
Silahkan deh, bagi yang punya waktu berdiam di depan TV buat ngehitung. Mulai dari yang pemutih, penghilang jerawat, penghilang komedo, penghilang minyak wajah, penghilang noda (kaya sabun cuci aja), penghilang kerut, pelangsing badan, peninggi tubuh, pelurus rambut, penghitam rambut, penguat rambut, hingga hal remeh-temeh lainnya tentang kecantikan yang target utamanya perempuan. Ketika semua itu di balik (Kayak di negeri cermin aja), apa yang akan terjadi? 
"Hitam itu cantik"
“Yang kelam yang bersinar” (Maksa banget)
"Berjerawat itu menarik"
"Berkomedo itu komersil"
"Yang tua makin jadi”
"Pendek itu lucu"
"Wajah berminyak itu mengkilat" (jelasss)

"Rambut berantakan itu keren"

“Tumbuh itu kesamping, bukan ke atas”
Mungkin, perempuan-perempuan di dunia (khususnya sih di Indonesia) akan lebih memilih berpanas-panasan di sawah daripada kerja di dalam kantor ber-AC. Mereka tidak takut berkotor-kotor ria dengan bergulat lumpur. Hemssss, petani desa tidak perlu khawatir tidak adanya regenerasi karena ngga ada lagi gengsi bekerja di di sawah. Perempuan-perempuan dunia tidak perlu lagi sibuk-sibuk ke salon hingga lupa ngurus anak dan suami. Pendidikan anak juga jadi lebih terkondisi. Apalagi tentang nutrisi. Ibu-ibu jadi suka masak sendiri, karena wajah berminyak itu mengkilat.
Perempuan-perempuan tidak perlu lagi rame-rame ke mall beli baju-baju mahal, hingga kartu kredit jebol (kalo yang punya). Bikin suami stress. Mungkin ujung-ujungnya korupsi, habis istri ngomel tiap hari karena iri hati sama artis di TV. Tak perlulah ada kontes kecantikan karena semua bisa cantik dengan mudah. Mudah toh bikin kulit berjerawat. Mudah toh bikin kulit hitam sekelam batu bara, dan hal itu bisa sangat mudah terjadi jika media massa melakukannya.
Mudah sekali. Tau lah, pengaruh media massa itu ruaaarrr biasa. Opini gampang banget di belokan. Dari yang kanan ke kiriiii banget, dari yang lurus jadi bengkooookkkk banget, dari yang bersih bisa kotor bangetttt. Tapi bisa juga sebaliknya. Tergantung siapa yang memegang kuasa. Apa lagi media massa banget-banget gampangnya di akses. Beli TV yang tadinya harganya juta-jutaan, sekarang? Sudah macam jamu. Gampang dapatnya. belum lagi internet yang dipenuhi iklan. Wi-Fi aja nyangsang dimana-mana, udah kaya jaring laba-laba. 
Ini contoh kecilnya aja sih. Contoh yang lebih gede, kalian cari aja sendiri. Bersyukurlah yang ngga punya TV. Ngga perlu takut terintimidasi hingga masuk ke alam mimpi (Wah, ada produsen TV ngga nih) Eits, bukan karena TVnya. Tapi karena kontens-kontens di dalamnya. Karena ngga hanya teroris yang bisa mencuci otak, kenyataannya pencuci otak yang paling nyata adalah Media massa. Mungkin untuk reverensi, bisa baca buku “Dosa-dosa Media Amerika”. Lupa gue penulisnya siapa. Isinya aja lupa. :D. Dibaca gih, nanti kasih tau ke gue. Kali aja gue salah. Kali aja, bukan media massa yang salah (dosa kah?), kali aja otak gue yang sudah keblandarang kemana-mana hingga sulit mencerna mana yang salah dan mana yang benar. Pesan singkat gue sih, jadilah pengkonsumsi cerdas.

^^


0 Apa Kata Mereka???:

Post a Comment

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com