Thursday 1 March 2012

Ada Apa Dengan Satria Berjubah?

Waktu tutorial kemarin, adik tutor gue ada yang nanya nih gan. Apa sih maksudnya satria berjubah itu? Kenapa ada pamflet-pamfletnya segala?

Gue tidak sedang membicarakan seseorang, golongan, atau siapaun itu. Gue hanya tengah membicarakan manusia secara umum, tanpa harus menyebut nama, rasa, marga, apa lagi julukan. Tidak! Secara umum saja.
Rasanya otak ini terusik, ditambah gatal yang terus menggelitik jari jemari tangan. Iramanya sangat khas. Waktunya jari ini menari di atas keyboard. Milik siapa saja lah. (Gue kan suka pinjem lepi temen, maklum, paham kan kondisi gue? hehe)
Masalahnya sebenarnya sederhana. Manusia terbiasa merasa dirinya yang paling benar. Ah, kemana sih arah tulisan gue? Ok! Kita mulai dari awal. Anggap saja gue lagi curhat disini.
Gue, berkali-kali sering mendengar sebuah, ya mungkin opini, mungkin curahan hati, atau apalah sebutannya dari beberapa orang disekitar gue. Misalnya saja tentang kasus, kelompok ini lebih dominan daripada kelompok yang lain, atau kelompok ini selalu memilih dari kelompoknya saja. Sehingga keadaan, apapun itu lebih di dominasi oleh kelompok tersebut. Tak ada keadilan. anggap saja begitu. Apa kalian paham apa yang saya maksud? Tidak? apakah saya harus menyebutkan contoh konkrit? Sepertinya tidak usah. Keadaannya sudah rumit.Gue ngga pengen memperumit masalah. Meski biasanya gue pencari masalah, tapi kali ini, gue nyoba serius. (bisa ngga kira-kira ya???)
Oke, selanjutnya muncullah opini-opini macam-macam.
Ah, sepertinya gue emang harus nyebut branded nih.
Oke, gue disini emang tengah membicarakan kondisi di sekitar gue. Kampus tempatnya. Kampus gue emang bukan kampus dengan genre Islam, atau pun paham-paham agama tertentu. Tapi dari kondisi yang ada, banyak sekali yang "merasa" bahwa kampus gue sudah beralih. Ngga tau beralih bagaimana (gue juga bingung). Ada yang bilang bahwa golongan Islam lebih dominan, dan memarginalkan golongan lain.
Benarkah?
Oke, mari kita analisis dan perlu diingat, disini saya sifatnya netral. Oke?
Kenapa mereka yang sering duduk di golongan tinggi?
Jawabannya simpel. Karena mereka lebih aktif. Gue bisa lihat di taman kampus. Bagaimana kondisi sesama mahasiswa, hampir semuanya dapat teramati. Dan kita mulai dari sini. Bisa kita lihat bagaimana aktivitas mereka. Saya tidak akan mengatakan mereka begini dan mereka begitu. Anda amati saja. Dan hasilnya, siapa yang lebih sering beraktifitas disana? Lalu dimana orang-orang di luar mereka?
Kemudian, ketika ada sebuah event, apa saja lah. Panitia kebanyakan dari golongan mereka. Ya iyalah. Orang yang daftar dari golongan mereka. Golongan selain mereka hanya sedikit yang eksis.
Intinya, disini sebenarnya yang dibutuhkan bukan adanya embel-embel golongan atau apapun. Tapi lebih kepada kompetisi masing-masing personal. Dalam sebuah situasi, ada dua pilihan yang ditawarkan. Anda akan menjadi penonton yang duduk santai di kursi penonton dengan memegang sekantong popcorn dan berkomentar macam-macam, atau yang berkontribusi di tengah panggung dengan susah payah menciptakan aksi yang menarik biar "sang penonton" tidak kecewa.
Tapi siapa peduli dengan penonton. Yang penting aktor menikmati lakonnya. Biar saja penonton berkomentar macam-macam. Toh dia cuma penonton. Tak lebih tinggi dari aktor. Dan film yang dihasilkan benar-benar ber"mutu".



Sebenarnya sudah lama gue ingin mengatakan ini. Kenapa mereka yang mengaku Islam tapi sering anti dengan hukum Islam??
Apa hubungannya?
Hubungannya baik-baik saja (hehehe)
Hubungannya adalah, mereka yang berkomentar ini itu, bahkan sebenarnya masih satu saudara. Muslim. Tapi enggan untuk menjalankan syariat Islam yang tengah di tegakan saudaranya. Tak perlu yang terlalu ekstrim seperti FPI, apalagi NII. Yang biasa aja. Misalnya dalam memilih pemimpin. Bukankah dalam islam telah dijelaskan bahwa angkatlah pemimpin yang paling hanif diantara kamu.
Hah. Gue cape sendiri jadinya.. hahaha..
Gue tau, Indonesia itu beraneka ragam budaya, agama, suku, dll. Tapi secara pribadi, gue tentu yakin bahwa agama gue yang paling benar, dan secara pribadi gue tentu akan lebih senang jika orang-orang penting dari golongan agama gue. Tapi disini, saya masih mempertimbangkan kualitas.
Ah, ko jadi muter-muter.
hahaha, sebodo amat lah..
Dan akhirnya sampailah pada masalahnya. Bukan hanya di kampus gue sebenarnya, tapi sudah menjarah seluruh dunia. Sifat manusia, itulah kunci utamanya. Sifat manusia yang slalu merasa benar tanpa memperdulikan hukum-hukum yang telah di tetapkan Tuhan padanya.
Apalagi ditambahnya kepentingan yang tidak akan pernah ada puasnya. Kepentingan-kepentingan inilah yang sering mengalahkan prinsip alami seseorang. Prinsip yang paling prinsip sekalipun.

Karena sudah terlalu lelah, so di cukupkan saj. Jika ada yang hendak bertanya, angkat tangan. Eh, salah. tinggalkan saja pesan dikotak komen. Oke?
Jazakallah..
Assalamu'alaykum..

0 Apa Kata Mereka???:

Post a Comment

Followers

About Me

My photo
Warna-warna yang selalu menghidupi kehidupan anda. Serba-serbinya, seluk beluknya. Bukan aku, tapi warna-warnaku dari refleksi tulisanku. Ayo menulis!!!

Popular Posts

Copyright © Tinta Kering | Powered by Blogger
Design by Blog Oh! Blog | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com